Gone (Intro)

Suatu siang di awal musim gugur, sebuah mobil tengah melaju melintasi jalan menuju sebuah gedung management. Di dalam mobil tersebut, terlihat seorang pemuda tengah duduk di bangku belakang sembari mendengarkan musik melalui earphone, dan bersenandung kecil. Selain pemuda itu, ada seorang supir dan satu pria lagi yang ternyata adalah manajer pemuda tadi. Mata pemuda itu terpejam, dahinya tampak berkerut, menunjukkan bahwa ia tengah merasa lelah.
Mobil  semakin mendekati gerbang gedung management, Big Hit Entertainment. Dari jauh terlihat kerumunan banyak wartawan dan para penggemar yang tengah berdiri menunggu kedatangan pemuda itu. Saat melihat ada mobil yang mendekat ke arah gerbang, kerumunan itu pun bergegas mendekat ke arah mobil dan mengelilinginya, sehingga mobil itu berhenti. Manajer yang melihat itu menoleh ke arah pemuda tadi.
“Bagaimana ini? Banyak sekali wartawan dan fans di luar. “ ujar sang manajer sambil menyentuh kaki pemuda itu. Kemudian, pemuda itu membuka matanya,  melepas earphone dan memandang keluar jendela.
Ia melihat banyak gadis tengah berdiri di luar mobilnya sembari mengangkat berbagai kertas dan papan bertuliskan namanya,  Jimin. Jimin pun kembali menoleh ke arah manajernya.
“Kita berhenti di depan pintu masuk gedung saja. Biarkan mobilnya berjalan perlahan dan pastikan mereka (yang di luar) tak terluka. “ sahut Jimin sambil kembali memasang earphone-nya.
“OK. “ gumam manajer dan mengkode supir untuk kembali menjalankan mobilnya, seperti ucapan Jimin.
Mobil kembali berjalan dengan perlahan, sementara petugas keamanan mengamankan para kerumunan tadi, agar memberi jalan untuk mobil itu. Jimin kembali menoleh keluar jendela, melihat kerumunan orang-orang yang ada di luar mobilnya itu, sambil tetap mendengarkan musik.
Tiba-tiba pandangan mata Jimin terpaku, ia tak sengaja melihat sosok seorang gadis yang berdiri jauh di belakang kerumunan orang-orang tersebut. Gadis itu mengenakan sebuah jaket hitam dengan hoodie lebar menutupi kepala dan rambutnya yang tergerai menutupi sebagian wajahnya, gadis itu menatap ke arah Jimin yang berada di dalam mobil dengan tatapan sedih.
Jimin yang melihat gadis itu sejenak terdiam, lalu tiba-tiba dengan kasar ia menyentak pintu mobil hingga terbuka dan melompat keluar dari mobil yang tengah berjalan pelan.
“Ya! Jimin-ah!” seru manajer Jimin yang terkejut melihat aksi Jimin tersebut.
Tanpa mempedulikan manajernya, Jimin berusaha berlari menerobos kerumunan orang-orang itu, dan hendak mendekati gadis tadi. Namun para petugas keamanan menahannya, karena banyak penggemarnya yang histeris dan berusaha menyentuhnya. Sementara tubuhnya di tahan, Jimin kembali melihat ke arah gadis tadi yang masih berdiri di tempatnya. Kali ini gadis itu terlihat menyeka air matanya, dan hendak berbalik pergi sambil tetap menatap Jimin. Jimin yang melihat itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Andwae, andwae-yo! Andwae! “ gumam Jimin, sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Mengisyaratkan pada gadis itu agar tak pergi.
Namun gadis itu tak menggubrisnya, ia terus berbalik dan melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Jimin yang melihat itu mulai histeris memanggil gadis itu.
“Andwae! YEON HEE-YA! “ jerit Jimin dengan keras.
Langkah gadis itu terhenti mendengar namanya disebut. Air mata mengalir deras di pipinya. Sementara, Jimin terus memanggilnya di tengah keributan para fans nya
“Yeon Hee-Ya, jangan pergi! Yeon Hee-ya! “ Jimin kembali berseru memanggil gadis bernama Yeon Hee itu.
Namun, sang manajer datang dan berusaha menarik Jimin kembali ke dalam mobil. Jimin meronta dengan keras untuk melepaskan diri. Yeon Hee yang masih terpaku di tempatnya, hendak berbalik melihat Jimin, namun sebuah pesan masuk ke ponselnya.
‘Ayo kita pergi. Sekarang! ‘
Yeon Hee menatap ke arah gerbang gedung management itu, dan di sana sudah berdiri seorang pria muda berjas rapi tengah menunggunya. Dengan langkah berat, Yeon Hee berjalan meninggalkan Jimin yang masih mengamuk di belakangnya. Jimin terperangah melihat kepergian Yeon Hee, namun itu hanya beberapa detik karena setelahnya ia kembali meronta dan berteriak.
“Yeon Hee-ya! YEON HEE-YA! Jangan pergi! Kembali! Kembali! “ jerit Jimin.
Namun, Yeon Hee tetap berjalan pergi meninggalkannya tanpa menoleh sedikit pun. Tiba-tiba, pandangan Jimin mulai kabur, semakin lama semakin kabur, kemudian gelap, dan....
Bruukkk...
“Omo! Ah... Sakit! Ah...!“ Jerit Jimin dengan mata terpejam.
Jimin membuka matanya dan mendapati dirinya masih mengenakan baju tidur, dan tengah berbaring di lantai
samping tempat tidurnya. Rupanya ia baru saja jatuh dari tempat tidurnya, saat tengah tidur. Sepertinya ia bermimpi buruk.
Dari arah kamar mandi muncul seorang pemuda lain, yang terburu-buru menghampiri Jimin sambil membawa sikat gigi di mulutnya. Pemuda itu adalah Hoseok, teman sekamar Jimin.
“Ya! Kau ini kenapa?! “ tanya Hoseok dengan wajah khawatir.
Jimin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum bingung.
“Sepertinya aku bermimpi. Mimpi buruk.” Jawabnya sambil memasang senyum polos.

***





Komentar